GENERASI TUTORIAL
Sudut pandang tentang Generasi Tutorial yang di labelkan untuk masyarakat Indonesia, memang tak semua seperti ini sih. Namun kebanyakan orang Indonesia memang lebih suka dicekokin atau lebih tepatnya malas mencari dan mengolah informasi untuk ditelaah sendiri, mereka lebih suka yang instan. Back to the topic, Generasi Tutorial yah bisa disebut seperti itu Indonesia di zaman yang sudah maju seperti ini. Sejak beberapa tahun belakangan ini kayaknya pengguna internet di Indonesia makin meningkat. Mungkin karena makin lama harga smartphone dan harga kuota internet makin terjangkau, aksesnya pun jadi makin mudah. Tak hanya di Indonesia saja sepertinya, namun di belahan dunia lain orang-orang juga makin melek internet. Tua, muda, tinggal di kota, di desa, semua sudah familiar dengan internet. Kesimpulan yang didapat? Kemajuan teknologi tak lantas membuat masyarakat Indonesia mengubah tabiatnya. Let me explain it to you. Mungkin untuk beberapa orang internet semacam penyelamat. Dari yang biasanya cuma punya TV atau buku sebagai sumber informasi, sekarang hanya dengan buka laptop/pc/hape informasi yang dicari sudah bisa didapatkan.
Dulu orang-orang rantau mungkin sebelum ke luar negeri atau ke luar kota, harus diajarin dulu cara masak sama ibunya. Sekarang? hanya dengan mencari resep di internet dan ikutin langkah-langkahnya. Dulu mahasiswa harus banget pinjem buku di perpustakaan. Sekarang dengan bantuan Wikipedia kita bisa dapetin gelar sarjana.
Pernah denger nama “Julius Yego”? He’s an athlete from Kenya, javelin thrower, a great one to be exact. Dia berpartisipasi di olimpiade Rio.
Gimana cara dia belajar jadi atlit javelin? Lewat YouTube. Mengetahui begitu banyak hal yang bisa kita pelajari di internet, masih saja banyak orang yang bertanya-tanya
"Gimana sih caranya supaya bisa berpikir kritis?" , "Gimana caranya bisa banyak tau tentang banyak hal?" , "Biasanya baca berita di mana?“, "Gimana sih cara baca berita gitu? Liat di mana? padahal sibuk kuliah.“
Pertanyaan-pertanyaan di atas jadi terlihat invalid. But you see my point? Kemajuan teknologi tidak lantas membuat masyarakat Indonesia mengubah tabiatnya. kalau ditanya orang Indonesia, walaupun udah berkali-kali upacara 17 agustusan, sampai sekarang tetep nggak maju-maju? jawabannya adalah karena orang Indonesia itu pemalas dan nggak ada inisiatif. Semua-muanya harus dikasih tau, harus dicekokin, harus disuapin. Mungkin untuk negara maju dengan adanya internet segala urusan mereka bisa sangat terbantu, tapi nyatanya nggak buat negara kita.Terlebih anak mudanya, ya.
Karena sekarang banyak konten-konten tutorial bermunculan, dari tutorial makeup sampe tutorial ngangetin makanan di mikrowave, mereka pikir semua aspek di dalam hidup juga harus ada tutorialnya. What does it lead to? Daripada buka browser, mengetik apapun pertanyaan mereka di search engine, dan pilih-pilih sendiri artikel yang mau dibaca, mereka lebih seneng nanya orang random di sosial media–disuapin langsung jawaban atas pertanyaan mereka. Internet membuat masyarakat Indonesia makin lumpuh, makin nggak ada rasa ingin tau (tapi anehnya rasa ingin tau terhadap kehidupan orang lain malah semakin tinggi. Di situ lah kata “KEPO” muncul), makin nggak bisa menjadi diri yang indepedent, dan makin jauh dari ekspektasi. Internet nggak membuat orang Indonesia jadi pintar. Padahal keberadaan internet sudah dari awal tahun 1990an, banyak dari kita yang masih nggak tahu kalau dunia maya itu (bisa jadi) lebih luas dari dunia nyata. Banyak dari kita yang masih nggak sadar kalau internet bukan sekedar sosial media. Internet bukan hanya berisi tentang info orang yang lagi ingin dikepoin. Internet bukan cuma diisi sama online shop.
Tapi mengingat tabiat jelek orang Indonesia yang disebut di atas, tidak heran dengan kenyataan yang ada. Beberapa waktu yang lalu (terima kasih kepada kehidupan politik Indonesia yang nggak berkontribusi positif terhadap kecerdasan bangsa dan kepada bangsanya juga yang memang nggak mampu untuk dikasih politik “cerdas”) kita jadi sering banget denger kata “hoax”. Nyatanya masih banyak orang Indonesia yang nggak bisa bedain mana berita bener dan berita bohong.
Nyatanya masih banyak orang Indonesia yang kemakan berita hoax dan akhirnya ribut-ribut sama strangers di internet. Lagi, kenyataan kalau orang Indonesia gampang banget dibikin berantem sama berita provokatif, jangankan memilah berita, nyari berita aja orang Indonesia males.
Akibatnya banyak orang-orang yang memanfaatkan keignoranan netizen Indonesia dengan cara bikin “portal berita” nggak jelas dan nyebarin beritanya di Facebook atau di sosial media lainnya. Efektif ? Banget. Buktinya berita-berita tersebut selalu viral dan comment sectionnya selalu seru dengan orang berantem. Yang lebih menyedihkan lagi adalah netizen Indonesia nggak sadar kalau mereka lagi dibodohin, tapi malah merasa fully informed dan dengan agresifnya mencoba untuk “enlighten” orang-orang yang memiliki opini bersebrangan dengan mereka karena mereka ngerasa paling bener. Indonesia, negara yang nggak tau kapan majunya.
Kebutaan masyarakat terhadap dunia maya dan ketidakmampuan mereka untuk keep up dengan kemajuan teknologi. Berlanjut ke fenomena Pokemon Go yang bikin abang-abang counter hape kebanjiran rezeki karena banyak orang yang minta mereka untuk download-in game nya di hape, berakhir dengan gimana netizen Indonesia menghadapi fake news yang sekarang beredar di mana-mana. aplikasi yang dapat membantu menyaring berita. Jadi, berita di app tersebut adalah berita yang udah terkonfirmasi kebenarannya dan berita yang bersumber dari portal berita legit semata. biasanya adalah aplikasi berlangganan dari portal berita terkemuka yang didalamnya ada staf, kru dan para jurnalis handal. Tapi orang-orang itu nggak ada yang download app tersebut in the first place.“. Dikasih berita di depan muka aja yang dilihat cuma headlinenya. Apalagi mau download app portal berita, apalagi berinisiatif membandingkan dengan sumber berita yang lain, berinisiatif mencari berita yang benar saja malas. It is sad, but that reality. Kenapa orang Indonesia nggak ada inisiatif bergerak sendiri seperti layaknya manusia normal dan nggak ada rasa ingin tau ketika mereka memiliki lubang-lubang informasi di otak mereka yang harus diisi? Kenapa mereka nggak tergerak untuk mencari tau ketika mereka sadar kalau ada banyak hal yang mereka nggak tau? Instead, hence the title of my post, masyarakat Indonesia ternyata harus selalu dituntun dan disuguhkan. Generasi kita adalah generasi tutorial. Masyarakat Indonesia ternyata harus dikasih ikan, karena mereka nggak tau caranya memancing. Wait, apa sebenernya orang Indonesia nggak sadar kalau mereka sebenernya banyak nggak tau? Sebenernya pikiran ini udah terlalu sering tiba-tiba muncul di kepala. Harusnya nggak menjadikan sedih dan pesimis ini sebagai reaksi lagi. Gak masuk akal negara yang begitu besar, yang level kesejahteraan dan pendidikannya terlalu timpang, yang kehidupan ekonominya masih terlalu terpusat di ibu kota, yang masih berjuang sama urusan public transportation, harus mengadaptasi sistem yang ada sekarang.
Sebenernya rakyat Indonesia belum siap buat memilih pemimpin buat mereka. Mereka belom siap buat jadi penonton permainan politik Indonesia. Gimana kita mau punya pemimpin yang beneran capable dan beneran pinter, kalau yang memilih aja gampang dibodohin sama berita palsu, gampang ditipu sama pencitraan klise, dan gampang diadu domba pake isu SARA. Rakyat Indonesia, disebabkan oleh kemalasannya sendiri, ketidakpeduliannya sendiri, dan keignorannya sendiri, cuma akan dijadiin korban. Media-media busuk yang nggak tau lagi caranya netral, politisi-politisi culas yang gampang aja pura-pura jadi domba padahal serigala, dan pejabat lain yang bilangnya pingin ngebenerin Indonesia padahal cuma pingin tahta, akan terus jadiin rakyat sebagai korban.
Kita itu nggak sadar kalau kebodohan kita adalah boomerang yang berbalik. Generasi muda yang tau cara main sosial media dan bahkan bisa ngepoin orang kayak agen CIA, tapi nggak tau caranya meng-inform diri mereka sendiri, itu fatal banget. Kita loh yang nanti harus take over dengan negara ini. Kalau kita aja segitu butanya dengan sekitar, cuma tau apa yang lagi nge-trend aja, cuma tau apa yang menghibur aja, cuma tau cara pake Instagram aja, tau cara nanya orang di Ask FM tapi nggak tau caranya googling, tau caranya posting foto lagi makan di restoran kece ke Instagram tapi nggak tau caranya baca berita–nggak tau caranya nyari berita, nonton YouTube cuma nonton vlog aja, cuma nonton makeup tutorial aja, mau pake jilbab aja harus lagi-lagi liat tutorial, cara belajar mesti liat tutorial, mencari motivasi kuliah aja harus minta cariin sama orang di Ask FM.
Jika dikaitkan lagi dengan tema Media Sosial sebagai Sumber Belajar, dari hal tersebut diatas seharusnya orang Indonesia sendiri sadar. Media sosial lebih dapat dimanfaatkan untuk memajukan pemikiran kita, sebagai generasi bangsa yang nantinya pemegang perubahan. Apa tidak malu jika Media Sosial hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak berfaedah? Dalam mencari berita pun walaupun aksesnya mudah, tapi tetap perlu tau cara dalam menyaring informasi-informasi tersebut. Harus punya inisiatif mencari, internet itu luas, gak cuma youtube, gak cuma tentang gosip artis idola saja yang ingin dicari. Contohnya saja akun vox news yang membahas politik, pengetahuan umum, dan dikemas dalam video editing yang bagus, contohnya lagi The Daily Show with Trevor Noah MC Komedian yang mengcover politik dan macam-macam, namun dalam kemasan komedi. Untuk akun twitter bisa lebih pada akun pers atau berita portal resmi, bukan orang. Karena dalam era sekarang pun semua orang bisa mengakses dan membuat akun palsu yang menyudutkan suatu kaum hanya dalam waktu beberapa menit saja. Dari sosial media pula, kita dapat mengkses tentang pengetahuan umum. Pengetahuan itu luas, lebih kepada apa yang terjadi disekitar kita. Gak cuma kita baca yang berkaitan dengan matakuliah atau pelajaran saja dan oke lah google adalah tempat menyediakan informasi terlengkap yang ada.
Padahal orang luar negeri sudah membudayakan membaca berita dan gak bodo amat terhadap berita negara lain, karena sebenarnya negara lain itu ya hanya batas. Untuk google sendiri pun jika ingin yang lebih lengkap bisa dari sumber google cendekia. Untuk youtube sendiri? masih banyak akun-akun positif yang dapat menjadi konsumen sehat bagi publik, contohnya seperti vlogger Gita Savitri devi yang menyajikan "Youtube Creators for Change" konten youtube positif berupa motivasi, semangat dan memandang dunia dan orang lain dalam sudut pandang lain. Sekarang, sebenarnya informasi itu adalah akar. Jika kita malas mencari informasi, padahal contohnya dalam proses panjang untuk bagaimana mendapatkan beasiswa S2 LPDP yang lebih sulit lagi, nah nantinya bagaimana kita akan berhasil meraihnya. Jika lagi-lagi malas mencari. Dan kamu sebagai generasi muda...
"Indonesia mu, mau dibawa kemana?"
Sumber yang sudah diolah dari : (BUKU) Savitri, Gita. 2017. Rentang Kisah. Jakarta. Gagas Media
NAMA : ZAHROTUL HURRIYYAH
NIM : 170214606561 (MAHASISWI ALIH JENJANG 2017)
UTS : PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
KELAS : KA1 - S1 ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI (UM)

Komentar
Posting Komentar